SEUNGHAN [Chapter 4] HAIR


Title : SEUNGHAN [Chapter 4] HAIR | Cast : Choi Seungcheol (S.Coups SEVENTEEN) & Yoon Jeonghan (Jeonghan SEVENTEEN) | Rate : 17+ | Genre : Yaoi, Boyslove, Romance, Fluff | Length : Oneshoot | Story by eskupse
Please don't plagiarsm. Don't repost without full credit
WARNING : FF ini mengandung unsur BL (Boys Love). Cerita hanya fiktif belaka dan murni hasil imajinasi author. Sorry for typo and bad EBI. Don't be silent readers. Happy reading

.
.
.

Yoon Jeonghan.

Ehem. Menyebut namanya saja membuat hatiku berdebar.

Yoon Jeonghan.

Hanya karena dia lahir pada 4 Oktober orang-orang menyebutnya Angel? Tapi, aku sangat setuju dengan orang-orang itu. Dia memang mempunyai wajah bak malaikat. Selain wajahnya, sifatnya juga sangat mirip dengan malaikat. Mungkin dia memang jelmaan malaikat. Percayalah. Dia sangat bercahaya. Dimataku dia sangat bercahaya.

Yoon Jeonghan.

Dia cantik. Tentu saja. Hanya dia yang menganggap dirinya tampan. Seluruh orang di dunia ini juga akan setuju kalau dia cantik.

Apa yang membuatku menyukainya?

Dia cantik? Bukan. Dia tampan
Dia baik? Tentu saja
Sikapnya sangat lembut? Of course
Fisiknya? Tak usah diragukan lagi. Jeonghan mempunyai fisik yang sempurna.

Ahh itu adalah alasan yang sudah banyak diucapkan seseorang kepada orang yang disukainya. Dan tentu saja semua itu adalah hal-hal yang aku sukai dalam diri Jeonghan. Alasanku menyukainya? Ya, karena dia Yoon Jeonghan. Sesederhana itu? Ya memang sesederhana itu. Kadang alasan mengapa kau menyukai seseorang harus sesederhana itu. Atau bahkan tak ada alasan sama sekali. Memangnya cinta butuh alasan?

Aku memang lebih tua beberapa bulan darinya, tapi dia tidak mau memanggilku hyung. Meskipun bulan kelahiran kami hanya berselisih beberapa bulan, tapi aku juga ingin dia memanggilku hyung. Bukan hyung sebagaimana Chan memanggilku, tetapi
“hyung” sebagaimana Jeonghan yang memanggil. Rasanya akan beda ketika Chan dan Jeonghan yang memanggilku seperti itu. Percayalah. Pasti akan sangat menggemaskan.

Aku juga tidak tau kapan tepatnya aku mulai menyukainya. Pokoknya tiba-tiba suka. Saat pertama kali dia datang sebagai member baru? Mungkin saja. Saat dia bernyanyi? Bisa jadi. Aku tidak tau persis kapan aku mulai jatuh cinta padanya. Ya, terjadi begitu saja. Tidak direncanakan.

“Seungcheol-ah. Cepat turun makan malam kita sudah siap”

Lihat dia berteriak seperti itu lagi dengan suaranya yang serak itu. Dia sedang sedikit flu. Atau memang suara Jeonghan selalu seperti itu. Entahlah. Aku semakin terpesona saja dengan sosok Jeonghan.

“Ne, Jeonghan sayang. Aku segera ke sana”

Aihh, Jeonghan sayang? Kenapa aku jadi merinding ketika mengucapkanya. Tapi memang aku menyayanginya. Apa salahnya menambahkan kata sayang setelah namanya? Aihh, wajahku.

.

.

Jeonghan sudah menungguku di bawah dengan apron melekat di tubuhnya. Dan lihat apa yang dipakainya di balik apron bergambar kelincinya itu. Kaosku lagi. Dia memakai kaosku lagi. Dasar Yoon Jeonghan.

“Hannie-ah, kenapa kau pakai kaosku lagi? Bukankah di sini ada pakaianmu juga?”

“Aku suka pakai kaosmu”

“Tapi harusnya kau memakai celana juga. Kenapa hanya memakai kaos itu saja. Meskipun itu kebesaran tapi setidaknya pakailah celana”

“Kau ini cerewet sekali Seungcheol-ah. Sudah cepat makan”

Begitulah, malaikatku. Selalu berkata Seungcheol cerewet, Seungcheol bawel. Kenapa dia tidak pernah berkata Seungcheol tampan atau Seungcheol manis? Hhhhhh. Padahal itu juga demi kebaikanya. Dia tau betul bahwa birahiku bisa naik tiba-tiba dengan penampilanya yang seperti itu. Dan dia juga tau betul apa yang akan terjadi padanya ketika birahiku naik.

“Kau tidak membuat ramen?”

“Tidak, aku tidak mau menyuapimu terus-terus an dengan cara mu yang tidak masuk akal itu”

Aku tertawa geli. Dia selalu membuatku gemas dengan segala ucapan yang keluar dari bibir manisnya itu. Apalagi jika bibirnya mulai mengerucut seperti tikus seperti sekarang ini, semakin membuatku gemas.

Dia pura-pura tak melihatku lagi. Dia makan dengan lahapnya tanpa memperhatikanku yang memandangi wajah cantiknya itu. Padahal aku tepat di depanya. Tiba-tiba aku merasa kenyang melihat Jeonghan selesai makan dan merapikan peralatan makanya dan membawanya ke dapur. Sedangkan makananku masih tersisa setengah. Tapi karena aku mencintai Jeonghan dan karena dia telah bersusah payah membuat makanan enak ini dengan kaos kebesaranya, ya apa boleh buat. Akan kuhabiskan tanpa bersisa.

.

.

“Jangan mulai”

“Kenapa perutmu tidak membesar sama sekali bahkan setelah makan sebanyak itu?”

“Seungcheol-ah, hajima”

“Waeyo? Apa aku sekarang tak boleh memelukmu seperti ini?”

“Kau menggangguku. Kau tak lihat aku sedang mencuci piring eoh?”

“Arra”

“Kka, lihat lengan swetermu basah terkena air sabun ini”

Dia memukul perutku dengan sikunya dan otomatis tanganku yang melingkar di perutnya itu terlepas. Aku langsung memegang perutku yang terasa sedikit nyeri. Jeonghan memang bertubuh kecil, tapi kenapa tenaganya besar sekali. Tenaganya besar bila melakukan kekerasan seperti ini. Di luar itu, Jeonghan sangat lemah. Dia bisa berada penuh dalam kendaliku tanpa perlawanan sekalipun. Jangan tanyakan saat kapan Jeonghan bisa menjadi lemah seperti itu.

Baiklah sebaiknya kutinggalkan dia dengan kesibukkanya itu. Aku tidak ingin dia melakukan kekerasan-kekerasan yang lain. Sebelum pergi kucium sebentar pipi kirinya yang putih itu dan secepat mungkin berlari menjauhinya sebelum piring, sendok atau benda lainya melayang ke arahku.

“YAK! CHOI SEUNGCHEOL!”

Dan benar, dia kembali berteriak dengan sangat keras. Point dalam teriakanya adalah suara Jeonghan yang selalu terdengar indah di telingaku, meskipun dia berteriak dengan sangat keras. Dan untung saja, sendok sup yang ada di tanganya itu tidak melayang ke kepalaku. Dasar Choi Jeonghan. Aku mengganti marganya. Aku memang suka melakukan itu. Menggemaskan.

.

.

Berdiri menatap pemandangan kota yang diguyur hujan deras seperti ini memang memberikan sensasi tersendiri. Kendaraan terus berlalu lalang, orang-orang terus berjalan kesana kemari bahkan saat hujan deras seperti saat ini. Langit sangat gelap, sama sekali tidak ada bulan atau bintang yang memenuhi langit malam seperti biasanya.

Aku tersenyum simpul ketika merasakan sebuah tangan kecil melingkar sempurna di perutku. Sudah pasti itu Jeonghan. Kulihat pantulan tubuhnya di kaca jendela. Dia mencoba menopangkan dagunya di pundakku. Aku tau dia berusaha keras melakukan hal itu. Meskipun tinggi kami tidak berbeda jauh, tapi aku lebih tinggi beberapa senti darinya. Dan lihatlah kakinya itu. Bagaimana bisa dia berdiri dengan jari-jari kakinya saja?

“Seungcheol-ah. Kenapa diam saja? Kau marah yaa? Mianhe”

Lihat bibirnya itu. Mengerucut lucu lagi seperti tikus membuatku ingin mengigitnya. Dan lihatlah ketika dia meminta maaf dengan wajah seperti itu. Ya Tuhan.

“Aniya, kenapa aku harus marah?”

Aku melepaskan lingkaran tanganya di perutku dan membawanya untuk berdiri di depanku. Kudekap erat tubuh kecil Jeonghan. Tubuhnya sangat nyaman untuk di peluk. Kusandarkan dagu ku di bahunya dan kuelus lembut lenganya. Kami memandang suasana kota di malam hari di tengah guyuran hujan deras bersama-sama. Entah mengapa suasana seperti ini sangat manis. Di tambah ruangan yang sedikit gelap karena beberapa lampu sengaja di matikan dan menyisakan lampu berwarna kuning yang menyala di beberapa meja kecil. Kukecup singkat pipi kanan Jeonghan.

Dia tersenyum.

“Pakai celanamu, aihhh kenapa harus berpakaian seperti itu? Apa kau tidak kedinginan?”

“Aniya, ini sangat hangat”

“Lainkali pakai celanamu Jeonghan sayang. Jika kau tidak mau aku menerkamku seperti serigala kelaparan”

Jeonghan tertawa kecil “Arraso” jawabnya kemudian.

Kembali ku kecup pipi kanan Jeonghan, pelipisnya dan naik ke puncak kepalanya. Aroma rambutnya langsung menusuk-nusuk hidungku. Kucium beberapa kali rambut merah sebahunya itu. Entah kenapa aku tak pernah bosan untuk menghirup aroma rambut Jeonghan. Aromanya benar-benar membuat ketagihan hingga membuatku ingin menghirupnya lagi dan lagi.

“Hentikan. Kau membuat kepalaku sakit. Jangan terlalu keras menempelkan bibirmu itu dengan kepalaku ini esihhh”

Aku tertawa kecil, kemudian ku usap lembut pucuk kepala Jeonghan.

“Mianhe sayang” kembali ku kecup singkat pipi kanan Jeonghan.

“Geunde, kau seperti vacuum cleaner saja. Aromanya bisa hilang bila terus kau hisap” ucap Jeonghan.

“Biarkan saja, kau bisa mencucinya lagi dan aromanya akan kembali lagi” kembali kucium surai lembut Jeonghan itu.

Aroma rambutnya itu benar-benar memabukkan.

“Apakah seharum itu?”

“Hmm?”

“Rambutku. Apakah aromanya sehebat itu hingga kau tau bosan untuk menghirupnya?”

Aku kembali tertawa kecil. Malaikatku ini memang benar-benar polos.

“Hmm, aromanya sangat sangat hebat. Selain itu juga sangat lembut. Kau benar-benar merawatnya dengan baik”

“Jinjaro? Aku tak menyangka akan jadi sehebat itu” Jeonghan tertawa kecil.

“Jihoon dan Soonyoung juga suka memainkan rambutmu”

“Hmm, Minghao juga”

“Aigoo, ku kira hanya aku yang menyukai rambutmu ini”

Jeonghan kembali tertawa kecil.

“Bagaimana bila aku memotong rambutku?” ucapnya tiba-tiba.

“Yya, Choi Jeonghan”

“Aihhh, mengganti margaku lagi? Aku hanya bercanda. Aku tidak akan memotongnya”

Aku hanya berdesis kecil. Selalu saja membuatku kaget. Kupejamkan mata sembari terus menghirup aroma rambut Jeonghan. Kurasa aku benar-benar mabuk dengan aroma rambut Jeonghan saat ini. Tanganya kemudian melepaskan pelukanku. Dia menghadapku dan kembali melingkarkan tanganya di perutku. Jeonghan kembali memelukku. Wajahnya dibenamkan di dadaku. Aku tersenyum tipis dan segera kubalas pelukan Jeonghan. Kuusap lembut punggung dan bahunya sambil sesekali kembali menciumi puncak kepalanya. Beberapa menit kami berada dalam posisi seperti itu. Menyalurkan kehangatan satu sama lain melalui sebuah pelukkan. Suasana sangat hening, hany terdengar suara gemuruh hujan yang turun semakin deras.

Jeonghan mengangkat wajahnya.

“Ppopo” ucapnya.

Aku mengernyitkan dahiku dan menatapnya heran.

“Yya, apa ini? Kau tadi hampir memukul kepalaku dengan sendok sup dan sekarang kau minta ciuman?”

Joenghan tertawa kecil

“Aku kan sedang mencuci piring tadi. Aku ingin mengerjakan dan menyelesaikanya dengan benar. Aku kan sudah minta maaf tadi”

Aku diam. Memandang wajah memohon Jeonghan yang sangat menggemaskan itu. Aku benar-benar ingin menerkamnya saat ini.

“Aaaaaa, palli. Ppopo” ucap Jeonghan sembari menggoyang-goyangkan tubuhku dengan lengan kecilnya itu.

Kuraih kedua pipi Jeonghan dengan telapak tanganku. Kusibakkan beberapa helai rambutnya yang menutupi wajah sempurna malaikatku dan kuletakkan di belakang telinganya. Perlahan kumajukan wajahku kewajahnya. Tak butuh waktu lama, bibir kami telah menyatu. Kucium lembut bibir manis Jeonghan. Melumat dan menghisapnya lembut. Setelah beberapa detik kulepaskan bibirku dari bibirnya.

“Simpan tenagamu untuk malam ini sayang” ucapku.

Jeonghan tersenyum kecil dan memukul pungguku lembut dengan tanganya. Kuarahkan kepalanya untuk mendekat ke tubuhku dan kembali kupeluk erat tubuh Jeonghan. Aroma rambutnya kembali menyeruak seperti meminta hidungku untuk menghisapnya kembali. Kembali ku cium puncak kepalanya. Dan menghisap dalam-dalam aroma rambutnya. Rambut yang mungkin sangat disukai oleh semua orang di dunia ini. Rambut yang Jeonghanku terlihat sempurna bak malaikat. Rambut dengan aroma yang mampu memabukkan setiap orang yang menghirupnya. Rambut yang indah seperti pemiliknya. Rambut milik Yoon Jeonghan. Malaikatku.

END

Visit My Wattpad Acc : @eskupse

Tidak ada komentar:

Posting Komentar