Title : SEUNGHAN [Chapter 2] NAIL ART
| Cast : Choi Seungcheol (S.Coups SEVENTEEN) & Yoon Jeonghan (Jeonghan
SEVENTEEN) | Other Cast : Kwoon Soonyoung (Hoshi SEVENTEEN) & Jungah (OC)
| Rate : 17+ | Genre : Yaoi, Boyslove, Romance, Fluff | Length :
oneshoot | Story by eskupse
Please don't plagiarsm. Don't repost
without full credit
WARNING : FF ini mengandung unsur BL (Boys
Love). Cerita hanya fiktif belaka dan murni hasil imajinasi author. Sorry for
typo and bad EBI. Don't be silent readers. Happy reading
.
.
.
Seorang
namja cantik dengan rambut merah sebahunya terlihat sedang memandangi pantulan
dirinya di depan cermin yang tertempel di salah satu tiang penyangga di dalam
ruangan weardrobe. Berkali-kali dia
mengacak rambut indahnya seperti mengecek sesuatu. Berkali-kali juga dia
menyisir rambut halus nya itu dengan jari-jarinya dan kemudian mencium ujung
rambutnya. Dengusan kecil keluar dari bibir tipisnya itu.
“Seungcheol-ah”
namja cantik itu menyebut nama seorang lelaki tampan berambut biru tua yang
sedang sibuk memilih coat yang cocok
untuk di kenakan nya.
“Hmm?”
jawab lelaki itu.
Dia
masih sibuk memilih-milih tumpukan coat
yang menggantung di dalam lemari dengan berbagai warna dan model. Tanganya
terus membelah dan memisahkan jarak antar coat
satu dengan yang lain.
“Rambutku.
Kenapa rambutku begini?” ucap si namja cantik itu, dia masih sibuk mengecek
rambutnya di depan cermin.
“Kenapa
dengan rambutmu hannie-ah?”
“Lihatlah.
Rambutku. Kacau”
Seungcheol
menoleh kearah namja cantik itu dan mendapati wajah namja cantik sudah
cemberut. Bibirnya sudah maju beberapa centi kedepan, dengan masih sibuk
mengecek rambutnya yang sepertinya baik-baik saja. Seungcheol kembali menatap
tumpukan coat, dan kemudian mengambil coat
berawara hitam dengan corak kotak-kotak merah di bagian bahunya. Kemudian dia
menghampiri namja cantik itu.
“Kacau
bagaimana? Itu terlihat baik-baik saja” ucap Seungcheol.
“Aniya.
Lihatlah warnanya, kurasa tidak cocok denganku. Apa aku harus merubahnya lagi?”
ucap si namja cantik itu sembari menunjuk warna rambutnya dengan jari
telunjuknya.
“Ini
juga sangat kusut, lihatlah ini menyangkut di sela-sela jariku ketika aku
menyisirnya seperti ini” si namja cantik kembali menyisir rambutnya itu dengan
jarinya dan terdapat beberapa helai rambut yang menyangkut di sela-sela
jarinya.
Seungcheol
menyandarkan bahu kanan nya di samping tiang penyangga. Kemudian memasukan
kedua tanganya ke dalam saku celananya dan memandang namja cantik itu dengan
seksama.
“Dan,
astaga ini bau sekali” lanjut namja cantik itu sembari mendekatkan ujung
rambutnya ke hidungnya.
Seungcheol
menghela nafas panjang dan kemudian menghembuskan nya.
“Tidak
ada yang buruk Jeonghan. Warnanya bagus dan cocok untuk mu. Kau harusnya
menyisir menggunakan sisir itu bukan dengan jarimu. Pantas saja jika menyangkut
di sela-sela jarimu” ucap Seungcheol.
Namja
cantik itu –Jeonghan- semakin menampakkan wajah cemberut dan semakin memajukan
bibirnya ke depan mendengar ucapan Seungcheol.
Seungcheol
menghampiri Jeonghan dan berdiri di hapannya. Seungcheol kemudian meraih rambut
jeonghan dalam gengamanya dan mendekatkan rambut jeonghan ke hidungnya.
Seungcheol menghirup dalam-dalam aroma yang keluar dari rambut jeonghan.
“ini
tidak bau. Bahkan sangat wangi” ucap Seungcheol yang di iringi dengan senyuman
manisnya.
“Aniya.
aku tau kau sedang berbohong” jawab Jeonghan
“Eishhh,
aku serius Jeonghan-ah”
“Aku
harus tetap pergi ke salon hari ini. Seungcheol-ah, temani aku ke salon ne?”
“Ye?
Salon lagi? Kau baru ke sana 2 hari yang lalu hannie-ah”
“jadi
kau tak mau menemaniku?” Jeonghan semakin memajukan bibirnya, membuat wajahnya
terlihat semakin cemberut namun malah terlihat menggemaskan di mata Seungcheol.
“Arraso,
arraso. Aku akan menemanimu” jawab Seungcheol
“Uwaa,
jinjaro? Gomawo Seungcheol-ah” Jeonghan tersenyum sangat lebar mendengar
jawaban Seungcheol.
“Ne.
sama-sama hannie-ah. auhh menggemaskan sekali wajah ini” ucap seungcheol lagi
sembari mencubit pipi kanan jeonghan dengan lembut.
*******
“Cha,
kita makan dulu sebelum pergi” ucap seungcheol sembari mendudukan tubuhnya di
atas kursi di depan meja makan yang terbuat dari kayu dan berbentuk lingkaran.
“eoh,
ramen?” tanya jeonghan yang ikut duduk di hadapan seungcheol. “kau tidak akan
menyuruhku menyuapimu lagi seperti waktu itu kan?”
Seungcheol
menatap jeonghan dan kemudian tertawa kecil.
“Aniya.
jika aku memintanya, kita tidak akan jadi pergi dan kita malah akan berakhir di
sana nantinya” jawab seungcheol sembari menunjuk sebuah kamar dengan dagunya.
Jeonghan
berdecak sinis dan kemudian mulai memakan ramenya. Benar kata seungcheol,
mereka akan berakhir di dalam kamar itu jika jeonghan kembali menyuapi
seungcheol seperti waktu itu. Tentu saja jeonghan lebih mementingkan rambutnya
yang kacau itu. Dia bisa melakukan kegiatan di dalam kamar itu dengan
seungcheol saat malam hari atau hari berikutnya. Bukankah jeonghan selalu
bersama seungcheol setiap saat?
*******
“Kita
ke salon yang mana?” tanya seungcheol sembari memakai sabuk pengamanya.
“Salon
yang biasanya seungcheol-ah. yang 2 hari sebelumnya aku ke sana. Kau masih
ingat tempatnya kan?” jawab jeonghan yang ikut memasang sabuk pengamanya.
“Ah,
ne. aku masih ingat. Baiklah, kajjja”
Seungcheol
melajukan mobilnya di jalanan kota dengan kecepatan sedang. Sesekali dia
memandang jeonghan yang duduk di sampingnya. senyuman tipis mengembang di wajah
tampan seungcheol saat melihat tingkah jeonghan yang kembali memajukan bibirnya
dan meraba-raba rambutnya yang bahkan makin terlihat indah di mata seungcheol.
Setelah
20 menit, akhirnya mereka sampai di depan salon langganan jeonghan. Jeonghan
bilang salon di sini pelayananya sangat baik dan pegawainya sangat ramah. Maka
jeonghan selalu suka bila datang ke salon ini, kadang jeonghan akan diberikan
diskon oleh pemilik salon.
“selamat
datang, ohhh jeonghan-ah?” sapa seorang wanita dengan tinggi semampai yang
menggunakan dress mini dan memperlihatkan kaki jenjangnya.
“anneyonghaseo
jungah-ssi” ucap jeonghan sembari membungkukkan badanya sedikit di depan wanita
yang menyapanya itu.
Jungah
membalas bungkukan badan jeonghan dan menoleh kearah seungcheol yang berdiri di
samping jeonghan.
“Oh,
kenalkan ini seungcheol” ucap jeonghan kepada jungah.
“anneyonghaseo,
choi seungcheol imnida” ucap seungcheol sembari membungkukkan badanya.
“aaa
ne, anneyongheso. Choi jungah imnida” ucap jungah yang juga membungkukkan
badanya.
“waah
marga kalian sama” ucap jeonghan lagi yang kemudian di balas dengan tawa kecil
dari seungcheol dan jungah.
Wanita
itu, Choi Jungah adalah pemilik salon langganan jeonghan. Mereka saling
mengenal baik karena jeonghan sering berkunjung ke salon jungah. Jungah juga
sangat menyukai rambut jeonghan yang indah itu. Menurut jungah, jarang ada
lelaki yang mau memanjangkan rambutnya hingga sepanjang itu dan merawatnya
dengan baik. Ya seperti jeonghan. Jungah juga sangat terkesima melihat wajah
jeonghan yang cantik padahal dia adalah laki-laki. Saat awal berkunjung jungah
mengira bahwa jeonghan adalah wanita, namun jungah kemudian memperhatikan addam apple yang ada di leher jeonghan
dan saat itu jungah tau bahwa jeonghan adalah laki-laki. Laki-laki yang cantik.
“Jungah-ssi,
kau harus memperbaiki rambutku ini. Lihatlah rambutku sangat kacau” ucap
jeonghan
“dengan
senang hati, kau tau aku sangat menyukai rambutmu itu. Silahkan duduk aku akan
menyiapkan beberapa peralatan dulu” ucap jungah yang kemudian menarik kursi
untuk jeonghan.
“emm
chogi, biasanya akan menghabiskan waktu berapa lama untuk jeonghan agar
rambutnya itu kembali normal?” tanya seungcheol dengan suara yang sedikit
berbisik. Dia tak mau jika jeonghan mendengarnya.
“mungkin
cukup lama, kau bisa menunggunya di sofa itu” jawab jungah sembari menunjuk
sofa panjang berwarna hitam di belakang seungcheol. Di depanya ada meja kaca
kecil yang menunjukkan tumpukan majalah-majalah tentang fashion, make up dan
kecantikan.
Seungcheol
menghela nafas kasar mendengar jawaban jungah
“baiklah,
silahkan lanjutkan, gamshamnida” ucap seungcheol
Seungcheol
melangkahkan kaki menuju sofa panjang itu dan kemudian duduk di atasnya. Dia
memandang jeonghan dari pantulan cermin, terlihat jeonghan masih saja sibuk
dengan rambutnya itu. Seungcheol kembali menghela nafas kasar. Pasti akan
sangat lama. Batin seungcheol.
*******
Satu
jam berlalu, namun jeonghan masih belum selesai dengan rambutnya. Seungcheol
yang hanya duduk diam di atas sofa itu hampir saja ketiduran. Dia tersadar
ketika bunyi mesin pengering rambut menyala dan mengagetkanya. Seungcheol melihat
kearah jeonghan. Dilihatnya rambut jeonghan saat ini sedang ada di dalam sebuah
mesin berbentuk bulat. Mesin itu mengeluarkan asap dan mengembun di bagian
dalamnya. Seungcheol mengusap wajahnya pelan, agar ia tidak semakin mengantuk.
Kalau bukan karena dia mencintai jeonghan, dia tak akan mau melakukan ini. Dan
lagi-lagi ini demi jeonghan.
Kringgggg~
Ponsel
seungcheol tiba-tiba berbunyi tanda telfon masuk. Dia segera merogoh saku
celananya dan mengambil ponselnya. Dilihatnya nama yang tertera pada layar
ponselnya.
“oohh,
soonyoung-ah? waeyo?”
“…………….”
“ye?
Mogok? oddie?”
“……………”
“arraso,
arraso aku akan ke sana”
Seungcheol
menutup panggilan telfonya dan kembali memasukan ponselnya ke dalam saku
celanya. Dia kemudian beranjak dari sofa dan menghampiri jeonghan.
“hannie-ah,
aku harus pergi” ucap seungcheol ketika dia sampai di samping jeonghan.
Jeonghan
yang sedang memainkan game favoritnya di ponselnya itu, mendongakkan wajahnya
dan menatap seungcheol.
“wae?”
tanyanya.
“Aku
barusan mendapatkan telfon dari soonyoung kalau mobilnya mogok dan dia tidak
bisa menghubungi org lain. Aku harus membantunya. Tidak apa kan kalau aku
meninggalkanmu sebentar?” lanjut seungcheol
“aaaa,
arraso. cepat kembali kalau sudah selesai yaa” ucap jeonghan sembari
mengembangkan senyumannya kearah seungcheol.
Seungcheol
membalas senyuman jeonghan dan mengelus sebentar pipi jeonghan sebelum pergi meninggalkan
salon untuk menyusul soonyoung.
*******
“ahhh,
hyung syukurlah kau akhirnya datang” ucap soonyoung ketika melihat seungcheol
keluar dari mobilnya dan menghampiri lelaki berambut blonde itu.
“kenapa
bisa mogok?” tanya seungcheol sembari mengecek mesin mobil soonyong.
“mollayo.
Tiba-tiba saja berhenti begitu saja” jawab soonyoung
“sepertinya
bukan aki atau cabulatornya” ucap seungcheol yang masih fokus mengecek mesin
mobil soonyoung
“hyung,
jeongmal gamshamnida karena sudah mau datang. Aku menelfon seokmin, minghao dan
chan tapi mereka sama sekali tak mengangkat telfonku”
“ne,
ne, ne. kau harus menraktirku setelah ini”
“kau
tenang saja hyung, aku traktir sepuasmu” ucap soonyoung sembari tersenyum dan
menampakkan matanya yang hanya segaris itu karena senyum nya itu.
“aku
rasa mesinya baik-baik saja. Coba kau nyalakan lagi”
Soonyoung
segera masuk kembali ke dalam mobilnya dan menghidupkan mesinya. Tapi, nihil.
Mobil soonyoung sama sekali tak mau menyala.
“aneh
sekali” ucap seungcheol “keluarlah dulu”
Soonyoung
segera keluar dari mobil. Seungcheol masuk ke dalam mobil soonyoung dan
langsung mencoba menyalakan mesinnya kembali. tapi, tetap saja tidak bisa.
Mobil soonyoung masih tidak mau menyala.
Seungcheol
memeriksa sekitar bagian dalam mobil soonyoung. Dan dia menemukan kenapa mobil
soonyoung tidak mau menyala. Seungcheol kemudian keluar dari dalam mobil
soonyoung.
“bagaimana
hyung?” tanya soonyoung
“yya,
kapan terakhir kau isi bensinya?” ucap seungcheol
“emmmm
entahlah, aku tidak mengingatnya hyung hehehe”
“YA!
PABO! Kau lupa mengisi bensin nya. Lihat jarumnya menunjuk di tanda merah!”
“YE?
Jinjaroo?”
Soonyoung
segera berlari ke dalam mobilnya dan mengecek apa yang dikatakan seungcheol.
Dan benar saja, jarum pada penunjuk bensin berada di bawah tanda merah.
Soonyoung langsung menepuk dahinya sendiri.
“mianhe
hyung, aku benar-benar lupa mengisi bensinya” ucap soonyoung dengan senyuman
khasnya dan semakin membuat matanya tak lebih dari garis lurus itu.
“aigoooo,
apa yang ada di dalam pikiranmu soonyoung-ah? bagaimana bisa kau lupa mengisi
bensin” ucap seungcheol seraya mengambil ponsel yang ada dalam saku celananya.
“mianhe,
geunde kau mau menelfon siapa?” tanya soonyoung
“menelfon
jasa mobil derek. Mobilku tak bisa menderek mobimu, dan di sini tidak ada pom
bensin yang dekat”
“ahh,
begitu rupanya. Gamshamnida hyung. Aku tak tau akan berakhir seperti apa di
sini jika kau tidak datang”
Seungcheol
hanya menatap soonyoung sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Seungcheol
meletakkan ponsel di telinganya. Tak berapa lama sambunganya telah di angkat
oleh karyawan jasa derek mobil. Setelah seungcheol memberitahu lokasi mereka,
seungcheol menutup telfonya. Kemudian dia menoleh kearah soonyoung dengan
berkacak pinggang.
Seungcheol
menjitak kepala soonyoung cukup keras. Membuat pria berambut blonde itu
meringis kesakitan. Soonyoung hanya mengelus-elus kepalanya yang terasa sakit
itu.
******
“cha,
sudah selesai” ucap jungah setelah memberikan vitamin pada kuku jeonghan.
“aaaa,
yepoda” ucap jeonghan sembari melihat kuku pada ibu jari nya.
“geunde,
tumben sekali kau meminta hal seperti itu? Biasanya kau hanya ingin fokus pada
rambutmu saja” ucap jungah sembari membereskan peralatannya.
“hanya
ingin saja. Ini bagus sekali. Gomawo jungah-ya” ucap jeonghan yang di iringi
dengan senyum di wajahnya.
“cheoman
jeonghan-ssi. Aku permisi kebelakang dulu ya, aku harus membereskan ini” ucap
jungah sembari menunjuk peralatan yang digunakanya untuk membuat nail art di
ibu jari jeonghan.
Jeonghan
hanya mengangguk sembari tersenyum dan kembali melihat ibu jarinya yang membuat
senyuman di wajahnya semakin lebar.
“hannie-ah,
aku kembali”
Suara
seungcheol seolah menyadarkan jeonghan yang sedari tadi hanya memandang ibu
jarinya itu.
“ohh,
seungcheol-ah” jawab jeonghan
“kau
sudah selesai?”
“hmm,
bagaimana dengan soonyoung?”
“ternyata
dia kehabisan bensin. Bodoh sekali anak itu, yang dipikirkanya hanya menari
sampai mengisi bensin saja tidak ingat”
Jeonghan
hanya tertawa mendengar penjelesan seungcheol.
“ayoo
kita pulang, aku tiba-tiba lapar karena soonyoung”
“baiklah,
kita makan di cafe langganan kita saja”
“aniya
aniya, aku ingin makan masakanmu” ucap seungcheol sembari tersenyum kepada
jeonghan.
Jeonghan
membalas senyuman seungcheol dan kemudian mengagukan kepalanya.
******
“jeonghan-ah,
palli juseyo. Baegopa” ucap seungcheol.
Seungcheol
menunggu jeonghan yang sedang memasak sesuatu di dapur sembari memegangi
perutnya yang semakin mengeluarkan bunyi nyaring itu.
“chakamanyoo,
tinggal sedikit lagi” jawab jeonghan dengan suara yang agak tinggi.
Seungcheol
beranjak dari tempatnya dan menghampiri jeonghan di dapur. Sesampainya di
dapur, seungcheol melihat jeonghan yang sibuk mengaduk-aduk sesuatu di dalam
panci berukuran sedang. Seungcheol melangkahkan kakinya kembali untuk lebih
mendekat pada jeonghan. Seungcheol langsung memeluk pinggang jeonghan dari
belakang dan mengecup singkat pipi kanan jeonghan. Jeonghan sudah tak asing
dengan perlakuan seungcheol ini, karena memang seungcheol suka memeluknya dari
belakang secara tiba-tiba.
“waeyo?”
tanya jeonghan kemudian
“baegopa”
jawab seungcheol singkat.
Jeonghan
tersenyum kecil “cha, ini sudah matang. Duduklah, ayo kita makan”
Seungcheol
menuruti ucapan jeonghan dan segera duduk di meja makan. Tak berapa lama,
jeonghan membawa panci berisi sup seafood
yang lezat dan meletakkanya di atas meja.
******
“auh
kenyangnya” ucap seungcheol sembari duduk kembali atas sofa dan mengusap-usap
perutnya yang sangat kenyang itu.
Jeonghan
yang sudah selesai membersihkan peralatan makan mereka tadi, menghampiri
seungcheol dan ikut duduk di sebelah seungcheol.
“apa
enak?” tanya jeonghan
“hmm,
noemu noemu massita” jawab seungcheol dengan senyum lebarnya
“eoh,
ada sisa nasi di bibirmu. Aigooo, seperti anak kecil saja” ucap jeonghan
sembari menggerakkan tanganya ke sudut bibir seungcheol dan mengambil nasi yang
tersisa di sana.
Seungcheol
mengambil tangan jeonghan dan menatap nasi yang diambil oleh jeonghan tadi,
kemudian dia memasukkan sisa nasi itu ke dalam mulutnya langsung dari tangan
jeonghan. Jeonghan tersenyum kecil melihat tingkah seungcheol yang sangat manis
itu.
Setelah
menelan sisa nasi itu, seungcheol meletakkan tangan jeonghan di pipi kananya
kemudian mengecup singkat telapak tangan jeonghan.
“rambutmu
sudah tidak kacau lagi sekarang?” tanya seungcheol sembari meletakkan kepalanya
di paha jeonghan dan mengangkat kedua kakinya ke atas sofa.
“eoh,
sekarang terlihat jauh lebih baik ketimbang tadi pagi” jawab jeonghan
“tadi
pagi juga baik”
“aniyaaaaaa”
“yya
yya baiklah. Tapi kau selalu terlihat baik di mataku hannie-ah. bahkan sekarang
kau semakin terlihat baik. Cantik sekali”
“jangan
menggodaku tuan choi” ucap jeonghan sembari mencubit pucuk hidung seungcheol
lembut.
“eoh,
ige boya?” seungcheol meraih tangan jeonghan dan mendapati sesuatu yang aneh
pada kuku ibu jari jeonghan.
“apa
ini di kuku mu hannie-ah? seperti wajah manusia” ucap seungcheol kembali,
Jeonghan
hanya diam tak menjawab pertanyaan seungcheol. Dia mencoba menahan tawanya
karena melihat ekspresi wajah seungcheol yang sangat intens melihat kuku ibu
jarinya. Benar-benar lucu. Seperti anak kecil yang menemukan sesuatu yang baru
yang tak pernah dia lihat sebelumnya.
“eoh,
benar ini wajah manusia. Dan sepertinya wajah ini tidak asing” ucap seungcheol
kembali.
“EOH!
Matta, ini wajahku. Ini wajahku, geuttjchi?” seungcheol mengalihkan pandanganya
dan menatap jeonghan.
“Ne,
itu memang wajahmu seungcheol-ah” jawab jeonghan.
“Kenapa
wajahku ada di sini?” tanya seungcheol kembali
“ini
namanya nail art. aku meminta jungah
membuat nail art saat di salon tadi.
Dan aku memintanya untuk membuat wajahmu di kuku ibu jariku. Yeppo?”
“hmmm,
yeppo. Geunde, kenapa harus wajahku? Setauku banyak bentuk nail art yang bagus dan indah, aku pernah melihatnya di sns”
“aniya,
aku tidak suka dengan nail art yang
seperti itu. Lagipula, aku tidak akan cocok pakai yang seperti itu”
“lalu?”
“emmmm,
supaya aku bisa melihat wajahmu setiap saat. Saat aku menulis, aku akan melihat
wajahmu. Saat aku makan, saat aku mandi, saat aku bermain ponsel bahkan saat
aku berdoa aku bisa melihat wajahmu. Pokoknya saat aku mengerjakan kegiatan
sehari-hariku, aku bisa selalu melihat wajahmu. Dan itu akan membuatku teringat
terus padamu”
Seungcheol
tersenyum manis mendengar ucapan jeonghan kemudian mengecup kembali tangan
jeonghan dan kuku ibu jari jeonghan.
“selain
itu, ini juga merupakan symbol bahwa kau adalah milik ku”
Seungcheol
membangunkan tubuhnya dari paha jeonghan dan memandang wajah jeonghan.
“geure,
aku hanya milik mu dan kau hanya milik ku” jeonghan tersenyum dan di lanjutkan
dengan agukkan kepalanya.
Seungcheol
menangkupkan telapak tanganya di kedua pipi jeonghan. Mengelus lembut pipi
putih jeonghan dan perlahan mendekatkan bibirnya pada bibir jeonghan. Hingga
kedua mata jeonghan dan seungcheol sama-sama terpenjam bersamaan dengan kedua
bibir mereka yang telah menyatu. Ciuman yang menyalurkan rasa cinta dan saling
memiliki satu sama lain.
Jeonghan
hanya milik Seungcheol, dan Seungcheol hanya milik Jeonghan. Nail art itu adalah salah satu buktinya.
Kecil memang, namun makna di baliknya sangat berarti dan.
Manis
END
Visit My Wattpad Acc : @eskupse
Tidak ada komentar:
Posting Komentar